Mereka bilang; "Seumur Hidup itu Terlalu Lama"

Saat itu umurku masih 11 tahun dan adikku 4 tahun.
Ya, umur kami terpaut jauh karena kudengar, bahwa dahulu Ayahku hanya berniat memiliki 1 anak saja dikarenakan beberapa persoalan yang tidak bisa kujelaskan secara detail.
Saat itu aku melihat kaca rumah yang pecah akibat lemparan sepatu sport yg ibuku layangkan atas kepergian ayahku. Setelah itu, aku tidak melihatnya lagi untuk satu minggu. Lalu kemudian dia datang membawa surat yang diberikan pada ibuku, lalu membawa ku dan adikku pergi tanpa menoleh ke belakang lagi melihat ibuku yang rontok jatuh di lantai sambil menangis tersedu-sedu.
Kurang paham apa yg terjadi saat itu, yg kulakukan hanya duduk manis dalam mobil, melihat adikku yg asyik dengan mainannya dan kemudian bertanya "ayah, kita mau kemana? Ayah kenapa meninggalkan ibu menangis? Ayah, ayah tidak kasihan?" Kutarik tarik lengan bajunya.
Iya hanya menjawab, "sabar sayang.. ini akan sulit untuk kami semua tapi percayalah ayah akan selalu memeluk kalian"
"Lalu, kita kemana? Dan ibu bagaimana?" Tanyaku lagi.
"Kita akan ke tempat tinggal baru yg disemogakan akan membuat kalian nyaman senyaman nyamannya. Tanpa ibu. Semoga kamu sedikit paham, Nak."
Seumur hidupku, aku tidak pernah melihat sorot mata ayahku yang begitu layu. Ada kesedihan yg tersirat dalam raut wajahnya tanpa perlu dia utarakan bahwa ia sedang terpuruk saat itu.
Ayahku selalu begitu, ayahku adalah orang tersabar yang pernah aku lihat di dunia ini, iya bahkan tetap sabar ketika nenek dan kakekku datang menghakiminya di apartement baru yg kami tempati.
Dia sama sekali tidak melawan, hanya tertunduk sayu, diam, tatapan kosong, menahan bendungan air mata yg kurasa sesak ia tahan, lalu yang kudengar dan terngiang hingga saat ini adalah ketika ayahku menjawab pada mereka bahwa "Seumur Hidup itu Terlalu Lama"
Lalu aku semakin mengerti bahwa kedua orangtuaku akan bercerai dan benar benar terjadi ketika rasanya aku tidak pernah melihat ibuku selama kurang lebih berbulan-bulan lamanya.
Ibuku adalah ibuku, walau ada banyak sifat buruk nya yang sangat amat buruk.
Aku sayang dia, tentu saja karena dia yang melahirkanku. Tapi apa kalian pernah merasa seperti tidak menyukai sifat seseorang yang kalian sayang? Se sayang apapun kalian padanya?
Ibuku sangat tempramen, tidak hanya pada Ayah, tapi padaku dan adikku yg saat itu hanya tahu bagaimana menyalakan mobil remote control McQuenn nya.
Jadi rasanya, aku mungkin org pertama yg tidak menyalahlan ayah atas perpisahan mereka.
Ayahku pekerja keras dan sangat bertanggung jawab, di sela sibuknya ia selalu memberikan kami (aku dan adikku) waktu untuk sekedar menikmati weekend di mall atau renang di apart kami sendiri. Ayahku begitu memusatkan perhatiannya pada kami, tanpa ia sadari bahwa ialah yg begitu butuh diperhatikan.
Ayahku hampir sempurna, bagiku dan menurutku.
Hingga pada akhirnya aku mulai dewasa dan semakin paham dengan segalanya, dan ketika aku bertemu ibuku lagi setelah sekian lama dengan papa tiriku yang aku tidak tahu bagaimana dia sebenarnya karena aku tinggal bersama ayah. Ibuku terlihat begitu baru. Dia seperti menemukan sesuatu yg hilang dalam hidupnya dan aku sangat bahagia saat itu, melihat ibu sungguh pulih dari terakhir aku melihatnya sangat terpuruk.
Kami ada dalam pernikahan ibu dan papa tiriku. Kecuali ayah, ayah sedang keluar kota saat itu bertepatan dengan hari pernikahan ibu. Entah hanya sekedar alasan atau memang bertugas, tapi kurasa itu lebih baik untuknya.
Ayah tidak bertanya sama sekali tentang pernikahan itu sepulangnya Ia dr luar kota. Dia hanya bertanya apakah aku nyaman dan menikmati acaranya, lalu sudah.
Dan akupun tidak ingin membahasnya berlebih. Aku paham. Aku mengerti ayah.
Lalu entah mengapa aku bisa berani bertanya padanya "ayah tidak ingin seperti ibu?"
Kulihat ayahku sedikit tersentak lalu hanya tersenyum simpul. Lalu kami tidak pernah membahasnya lagi.
Hingga saat ini akhirnya aku memiliki ibu tiri yang kurasa memang ialah separuh dari ayahku.
Seumur hidupku, aku baru melihat adanya kehidupan di mata ayahku setelah ayah bertemu dengan ibu tiriku.
Dan kurasa, terkadang... tidak selalu kita menikah dengan seseorang yg ditakdirkan untuk kita hingga akhir waktu.
Dan perceraian tidak selamanya berakhir buruk dan pilihan terburuk dalam pernikahan.
Kadang perceraian adalah jalan terbaik untuk menemukan duniamu yang sebenarnya.
Intinya, menikahlah dengan seseorang yg kau yakini padanya adalah tempatmu berpulang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(EX)perience + Review "drg. Gigi recommended di daerah Bogor"

About myself

Seandainya dari awal aku tidak mengenalmu.